Sosial Budaya

Abah Junaidi: Beramallah dengan Landasan Ilmu

14
×

Abah Junaidi: Beramallah dengan Landasan Ilmu

Sebarkan artikel ini
Teungku Junaidi bin Nasruddin atau lazim disapa Abah Junaidi, saat memberikan tausiyah rutin halaqah di Balee Beut Meuligoe Bupati Aceh Besar, Kota Jantho, Jumat (11/10/2024). FOTO/ PROKOPIM PEMKAB ACEH BESAR

KOTA JANTHO – Beramallah dengan landasan ilmu, sehingga apa yang diamalkan setiap hambaNya, akan diterima oleh Allah dan membawa kemanfaatan hingga keberkahan bagi setiap insan yang beramal dan bersikap di jalan Allah.

Hal itu diungkapkan Teungku Junaidi bin Nasruddin atau lazim disapa Abah Junaidi, saat memberikan tausiyah rutin di halaqah Kamis (10/10/2024) malam di Balee Beut Meuligoe Bupati Aceh Besar. Menurut Abah yang juga Imuem Chik Masjid Agung Almunawwarah Kota Jantho itu, bagaimanapun ilmu tetaplah hal utama dalam menjalankan ibadah, serta hal lainnya yang bersifat suruhan atau perintah Allah dan sunnah Rasul.

Namun Abah yang juga pengasuh Dayah Mahadal Fata Lamkabue Kecamatan Seulimuem itu menekankan pentingnya sosok mursyid atau guru, hingga amalan yang dijalankan benar benar berada dalam koridor ridha Allah, bukan justru malah sebaliknya, jika amalan yang kita dalami tidak didampingi dan dituntun oleh sosok mursyid. “Ingat, siapa yang tak memiliki guru dalam mengamalkan ajaran agama, maka syaithanlah gurunya. Karena, jika belajar dan mengamalkan ilmu agama harus ada guru atau mursyidnya,” tandas Abah Junaidi.
Dengan penguasaan ilmu dan menyampaikan kepada orang lain, termasuk dalam mengingatkan atas kekhilafannya, sampaikanlah dengan ilmu. Sehingga pihak bersangkutan akan menerimanya juga dengan ilmu. Dengan ilmu, teguran atau peringatan yan disampaikan akan terasa lebih efektif serta diterima. “Kehadiran sosok mursyid, agar kita sejahtera dalam berilmu, bebas dari salah dan sesat, sehingga tidak menjadi orang yang binasa,” imbuh Abah.

Pada sisi lain, Abah Junaidi mengingatkan jamaahnya, untuk tidak mudah berburuk sangka atau su’uzon kepada orang lain, namun dianjurkan untuk tetap bersikap husnudzon atau berbaik sangka. Termasuk hal hal terkait pelaksanaan ibadah, yang sering memunculkan klaim terhadap cara beribadah. Karena bisa jadi itu semata mata karena kedangkalan kita dalam berilmu dan beramal.

“Makanya, tabayyun dan menuntut ilmu agama itu penting, hingga tidak memunculkan syak wasangka yang tak pada tempatnya,” tutur Abah.
Pada bagian lain Abah Junaidi juga mengingatkan, sebelum melangkah lebih jauh dalam mengamalkan dan belajar menyangkut tauhid, fikh dan tasawuf serta lainnya, setiap ummat Islam haruslah terlebih dahulu menguasai secara mendalam ibadah yang sifatnya fardhu a’in. “Selesaikan dulu masalah fardhu a’in, setelah itu baru anda melangkah kemanapun, termasuk untuk bertapa, bersemedi, keluar masuk hutan belantara atau hal lainnya dengan tujuan untuk mendekatkan diri dengan Allah,” kata Abah.

Dalam kaitan tabayyun itulah, Abah Junaidi mengingatkan jamaahnya untuk tidak muda berburuk sangka ketika melihat seseorang yang berlain dengan kebiasaan normatif manjsia. Karena bisa jadi ia dalam proses berkomtemplasi mendekatkan diri dengan Allah.

Seperti biasa, pengajian rutin malam Jumat itu, diwarnai degan tanya jawab antara jamaah dengan Abah, terutama terkait dengan materi yang diberikan.(**)

58 / 100